Senin, 17 November 2014

Seluk Beluk Inflasi

Saudaraku, saya akan menuliskan apa yang saya baca dari buku  Adiwarman A. Karim yang berjudul “Ekonomi Makro Islami”. Saya membaca bab 7 dari halaman 133-143. Judul dari bab 7 ini adalah “Inflasi: Stabilitas Nilai Uang Domestik”.  Jadi memang tulisan ini difokuskan untuk membahas tentang inflasi.

Adiwarman A. Karim membagi tulisannya pada bab 7 ini menjadi 3 bagian. Sejarah inflasi, teori inflasi konvesional, dan teori inflasi Islam.

 Ketika membahas tentang sejarah inflasi, ia memulai sejarah inflasi sejak  zaman Byzantium sampai abad 20. Kesimpulan dari tulisan ini ialah, inflasi terjadi di manapun, terhadap mata uang pun dan pada periode kapanpun. Bahkan termasuk mata uang yang terbuat dari emas (dinar)  yang nilainya disebut-sebut mampu bertahan, tetap bisa mengalami inflasi. Hanya saja memang, kalau mata uang yang nilai istrinsiknya rendah seperti uang kertas, dll memiliki potensi inflasi lebih tinggi.

Pada bagian kedua yang membahas tentang teori inflasi konvensional, pak karim memberikan definisi inflasi yang dikemukakan oleh ekonom modern. Inflasi adalah kenaikan yang menyeluruh dari jumlah yang harus dibayarkan (nilai unit penghitungan moneter) terhadap barang-barang/komoditas dan jasa. Adapun deflasi (deflation) adalah sebaliknya, yaitu penurunan nilai unit penghitungan moneter terhadap barang-barang/komoditas dan jasa.


Ia kemudian menjelaskan bahwa inflasi diukur dengan tingkat inflasi (rate of inflation) yaitu tingkat perubahan dari tingkat harga secara umum. Ini persamaannya:

Tingkat harga (t) – tingkat harga (t-1)     x 100      =       Rate of Inflation
Tingkat harga (t-1)


Pak karim kemudian menjelaskan bahwa untuk dapat mengerti apa dan bagaimana inflasi, perlu dipahami bahwa uang mempunyai fungsi-fungsi tertentu dalam perekonomian. Apa saja? Yaitu media pertukaran, pengukur nilai, unit perhitungan dan akuntansi, penyimpan nilai, dan instrumen terms of payment. Adapun motif orang menyimpan uang adalah transactionary motive, precautionary motive, dan speculative (investment) motive.

Apakah inflasi memiliki tingkat keparahan yang berbeda? Jawabannya adalah iya. Pak karim menyebutkan ada 3 jenis inflasi berdasarkan tingkat keparahannya yang ia nukilkan dari buku Paul A. Samuelson berjudul “economics”. Apa saja? Yang pertama adalah moderate inflation. Ciri-cirinya ialah kenaikan tingkat harga yang lambat. Umumnya disebut ‘inflasi satu digit’. Yang kedua adalah galloping inflation. Inflasi pada tingkat ini terjadi pada tingkatan 20% sampai 200% pertahun. Yang keiga adalah hyper inflation. Inflasi jenis ini terjadi pada tingkatan yang sangat tinggi yaitu jutaan sampai triliyunan persen per tahun.

Adapun jika digolongkan berdasarkan penyebab-penyebabnya, inflasi dibagi menjadi 5. Yaitu (1) natural inflation dan human inflation, (2) actual/anticipated/expected inflation dan unanticipated/unexpected inflation, (3) demand pull dan cost push inflation, (4) spiralling inflation, dan (5) imported inflation dan domestic inflation.

Baiklah, sekarang tiba saatnya bagi saya menuliskan bagian yang ketiga dari tulisan A. Karim ini, yaitu tori inflasi dalam Islam. Para ekonom Islam, katanya, berpendapat bahwa inflasi berakibat buruk bagi perekonomian karena: menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, melemahkan semangat menabung, meningkatkan kecendrungan untuk berbelanja, dan mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif.

Ia kemudian mengutip pendapat Ekonom Islam taqiuddin Ahmad ibn al-Maqrizi (1364-1441 M) yang merupakan murid Ibnu Khladun, yang menggolongkan inflasi dalam 2 golongan; yaitu natural inflation dan human error inflation.

Natural inflation diakibatkan oleh sebab-sebab alamiah, di mana orang tidak mempunyai kendali atasnya (dalam hal mencegah). Ibnu al-Maqrizi menyebutkan bahwa inflasi ini adalah inflasi yang diakibatkan oleh turunnya penawaran agregatif (AS) atau naiknya permintaan agregatif (AD). Lalu A. Karim membandingkan pernyataan al-maqrizi ini dengan perangkat analisis konvensional yaitu persamaan identitas: MV = PT = Y. M adalah jumlah uang yang beredar, V adalah kecepatan peredaran uang, P adalah tingkat harga, T adalah jumlah barang dan jasa (kadang juga notasi Q), dan Y adalah tingkat pendapatan nasional (GDP).

Maka, kata A. Karim, natural inflation dapat diarikan sebagai: Pertama, gangguan terhadap jumlah barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu perekonomian (T). Misalnya T turun sedangkan  M dan V tetap, maka konsekuensinya P naik. Kedua, naiknya daya beli masyarakat secara riil. Misalnya nilai ekspor lebih besar daripada nilai impor, sehingga secara netto terjadi impor uang yang mengakibatkan M menurun sehingga jika V dan T tetap maka P naik.

Maka natural inflation dapat dibekan menjadi 2 berdasarkan penyebabnya; yaitu: (1) akibat uang yang masuk dari luar negeri terlalu banyak, (2) akibat dari turunnya tingkat produksi (AS menurun) karena terjadinya paceklik, perang, ataupun embargo dan boycott.

Hm....ternyata banyak juga yang saya tulis. Baik, jangan khawatir, ini yang terkahir. Sabar ya. :)

Baik, baik, baik. Tadi kan ibnu al-Maqrizi membagi inflasi menjadi dua. Yang pertama adalah natural inflation, sebagaimana dijelaskan di atas, dan yang kedua adalah human error inflation atau disebut juga false inflation. A. Karim menyebutkan bahwa jenis inflasi kedua ini diakibatkan oleh kesalahan manusia itu sendiri sebagaimana Allah terangkan dalam surat ar-Rum ayat 41.

Berdasarkan penyebabnya, human error inflation dibagi menjadi  3. Apa saja? Pertama; korupsi dan administrasi yang buruk (corruption and bad administration). Kedua; pajak yang berlebihan (excessive tax). Ketiga; pencetakan uang dengan maksud menarik keuntungan yang berlebihan (excessive seignorage).

Sebenarnya A. Karim menguraikan dengan banyak penjelasan mengenai 3 macam human error inflation tersebut. Tapi saya kira cukup di sinilah tulisan saya. Nggak apa-apa ya. Kalau mau lebih mengerti, silahkan bisa baca langsung buku Adiwarman A. Karim dengan judul “Ekonomi Makro Islami” halaman 143 sampai 155. Hehe.

Baiklah, semoga apa yang saya tuliskan ini bermanfaat untuk kita semua, termasuk yang menulis. :)


Panceng, 18 November 2014

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan jika mau komentar :)